Halaman

Minggu, 16 Januari 2022

Dari Thaif, Do'a Masa Depan Diantara Kepiluan Yang Mendera

Ketika itu, Kota Mekah sudah sangat kelam, pintu-pintu kebaikan sangat susah untuk dibuka, banyak celaan, tangisan bahkan berurai darah dan air mata. Hampir setiap hari para pengikut Rosulullah SAW dipersekusi. Utsman bin Affan pernah digulung dalam tikar daun kurma dan diasapi, Mush'ab bin Umair diboikot oleh keluarga kayanya, tak kalah sadis siksaan yang ditimpakan kepada Bilal bin Robbah, keluarga  Ammar bin Yassir dan para pejuang kebaikan yang lainnya. Duhai kepiluan, kenyerian dan derita........

Dengan penuh harap, pandangan Rasulullah SAW tertatap ke Kota Thaif. Hari itu di Bulan Juni 619 M kurang lebih 4 tahun sebelum beliau hijrah ke Yastrib. Ditemani anak angkatnya Rosulullah SAW berjalan menempuh jalan yang tidak biasa 60 mil sekitar 110 KM. Setibanya di Thaif beliau menemui kerabat jauhnya, bani Tsqif seorang tokoh yang didengar baik dan bijaksana.

Ajakan Rasulullah SAW untuk bertauhid dan menyebarkan Risalah Kenabian ditentang keras bahkan Rasulullah SAW diusir, dipermalukan, diarak keluar kampung oleh anak-anak kecil dengan lemparan batu dan cacian. Rasulullah sedih, bajunya lusuh, langkahnya gontai kaki beliau bercucur darah, Zaid bin Haritsah anak angkat beliau juga sangat sedih, beliau melindungi sekuat kemampuan. 

Langkah beliau terhenti dan sejenak beristirahat di kebun Anggur Uthbah dan Syaibah. Darah masih mengucur dari kaki Rasulullah SAW. Lirih beliau bergumam :


اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك

"Allahuma Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."

Malaikat Jibril iba menyaksikan Rasulullah itu terluka fisik dan hatinya. Jibril berkata, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu."

Para malaikat penjaga gunung itu berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka."

Nabi dengan lembut berkata kepada Jibril dan malaikat penjaga gunung, "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya." Nabi bahkan berdoa, "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Post