Pemenuhan kebutuhan manusia semakin bertambah dan bervariasi seiring dengan berkembangannya peradaban dan kesejahteraan manusia. Dalam prespektif lain menurut Hindardjo (Hindardjo, A., & Wajid, A. ; 2017) tingkat religuitas juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri berupa pembayaran zakat.
Di satu sisi, manusia sebagai makhluk biologis memiliki dorongan untuk berkembang biak, beranak dan berketurunan. Menurut Malthus (D Kartikasari, F Handayani : 2012) jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur 2, 4, 16, 32 dan seterusnya. Meskipun Menurut Kabul : 2019 dalam bukunya Manajemen Pembangunan Kependudukan terdapat koreksi terhadap Malthus bahwa pertumbuhan deret ukur hanya relevan untuk sebelum perang dunia kedua. Ledakan jumlah penduduk merupakan ancaman terbesar peradaban dunia. Pertambahan penduduk yang eksponensial mengakibatkan pertambahan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) manusia akan barang dan jasa.
Sementara di sisi yang lain secara bersamaan, masih menurut Malthus (D Kartikasari, F Handayani : 2012) bahwa pertumbuhan makanan bertambah menurut deret hitung yakni 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya. Ketimpangan inilah yang membuat kelangkaan (scarcity). Kelangkaan terjadi karena adanya kesenjangan antara ketersedian sumber daya yang bersifat terbatas dan ragam kebutuhan dan keinginan manusia yang bersifat tidak terbatas.
RELEVANSI KELANGKAAN DALAM EKONOMI
- Bertambahnya populasi manusia menyebabkan bertambahnya konsumen yang berakibat pada bertambahnya permintaan (Demand) akan berbagai ragam kebutuhan dan keinginan manusia.
- Meningkatnya Permintaan (Demand) yang tidak dikuti seimbang dengan penyediaan (Supply) maka akan berakibat pada naiknya harga.
- Disatu sisi keterbatasan penyediaan (Supply) akan mendorong laju distribusi dan inovasi.
- Akibat dari laju Distribusi dan Inovasi akan menarik harga pada keseimbangan harga baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar