Dalam konsep ekonomi tentang produksi dalam Islam, Rosulullah Muhammad SAW berpesan agar ummatnya bekerja, berproduksi sehingga bisa terentas dari kefakiran dan kepapaan. Secara tegas Rosulullah menyampaikan
Kekhawatiran meninggalkan
Saluran ide yang terpatri dalam segenap peristiwa, makna dan hikmah perjalanan pengelana. Biarkan goresan kata menjelma dan berenergi mengetuk relung aksi. Hidup ini bukan hanya diksi. Ia adalah lembar-lembar halaman pengabdian.
Abdullah bin Umar bin Khatab atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Umar sangat berkesan ketika pada suatu hari Rosulullah SAW memegang pundaknya seranya mengatakan :
Tema Scarcity menjadi trending topik kajian atas dasar kepedulian kepada masa depan. Tidak sedikit yang mengamini bahkan menjadi pendukung dan pengusung Malthusian. Bersandar pada 'naluri' manusia pada keinginan yang tidak ada batasnya, sementara sumber daya sangat terbatas. Maka beragam teori dan pembenaran hingga bernada konspirasi menjadi pemikiran mainstream penguasa yang ingin menguasai dunia ini BAHWA MANUSIA HARUS
Dengan penuh harap, pandangan Rasulullah SAW tertatap ke Kota Thaif. Hari itu di Bulan Juni 619 M kurang lebih 4 tahun sebelum beliau hijrah ke Yastrib. Ditemani anak angkatnya Rosulullah SAW berjalan menempuh jalan yang tidak biasa 60 mil sekitar 110 KM. Setibanya di Thaif beliau menemui kerabat jauhnya, bani Tsqif seorang tokoh yang didengar baik dan bijaksana.
Puncak dari seluruh kebaikan, Islam memaknai dengan kata IHSAN, ia bermakna istimroriyatul (kesinambungan) aktifitas kebaikan tanpa mengenal ruang dan pujian.